SiteMap : Home » Teknologi » Inilah roket antariksa NASA yang terkuat
Follow @CoAd_minSPB
Kira-kira benginilah rupa roket NASA pengganti pesawat ulang-alik yang telah dipesiunkan. Tingginya 122 meter, berbobot 3.250 ton, dan dapat mengangkut muatan 143 ton, bahkan mungkin hingga 165 ton ke antariksa. Roket raksasa itu membuat kemampuan angkut pesawat ulang-alik yang mencapai 27 ton menjadi tak berarti. Tak hanya lebih unggul ketimbang pesawat ulang-alik, roket baru itu mampu mengangkat beban lebih banyak ketimbang Saturn V, roket lama NASA, yang dapat mengangkut muatan sebesar 130 ton. Sebagai perbandingan, roket tanpa awak terbesar saat ini hanya dapat mengangkut beban hingga sekitar 25 ton. Daya angkut yan besar menjadi nilai tambah bagi roket yang dirancang untuk menjelajah antariksa, jauh dari bumi, bahkan hingga mencapai Mars.
Pekan lalu, rancangan roket baru NASA tersebut dipaparkan oleh Kepala NASA Charles Bolden. Roket penjelajah antariksa itu diberi nama Space Launch System (SLS). Program miliaran dolar itu akan membawa astronaut dalam sebuah kapsul yang berada di puncak roket. Misi pertama SLS ditargetkan dalam 10 tahun mendatan, dengan syarat, semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Tes peluncuran pesawat tanpa awak ini diperkirakan akan dilakukan di Cape Canaveral, Florida, pada enam tahun ke depan.
Kepala Operasi dan Eksplorasi NASA William Gerstenmaier menyebut SLS sebagai roket terkuat dan terbesar yang pernah dibuat manusia. “pembuatan roket ini akan sangat menantang,’’ujarnya.”Kelak kami akan mampu terbang ke luar orbit rendah bumi ke tempat yang tak pernah dilakukan oleh negara manapun.”
Teknologi Lama
Meski baru, roket NASA ini sebenarnya masih mengandalkan teknologi lama yang dipakai NASA pada roket sebelum masa pesawat ulang-alik. Tapi jangan salah, roket prototype yang paling kecil sekalipun memiliki daya dorong 10 persen lebih besar ketimbang Saturn V, roket yang membawa astrounout Apollo ke bulan. Ketika roket baru ini, dibangun sesuai dengan ukuran aslinya, kekuatannya akan meningkat 20 persen. Menurut Gerstenmaier, versi yang lebih besar akan mempunyai mesin Corvette setara 208 ribu tenaga kuda. Dengan tenaga yang jauh lebih besar ketimbang Saturn V, NASA mencoba lebih fleksibel dalam menentukan lokasi tujuan dan waktu peluncuran roket. Badan Antariksa tersebut tengah mengincar asteroid sebagai lokasi tujuan roket itu pada 2025 dan Mars pada 2030-an. Meski roket itu dapat terbang ke bulan, satelit bumi itu bukanlah tujuan utama NASA.
Setelah pesawat ulang-alik, NASA berencana menjelajah tempat-tempat baru, yang membutuhkan “lompatan”besar untuk keluar dari orbit bumi, sesuatu yang tak pernah dilakukan sejak 1972. Satu hal yang masih mengganjal impian itu adalah diperlukan biaya yang luar biasa besar untuk mewujudkannya. Senator Bill Nelson dari Florida mengungkapkan kendala besar membayangi proyek miliaran dolar tersebut. “Tentu saja itu akan menghadapi masalah sulit,” ujarnya.”Kami berada dalam sebuah era ketika semuanya harus dihemat. Tapi biaya yang kami ajukan ini adalah adalah angka realistis yang telah diverifikasi oleh pakar independen.”
Hans Mark, dosen teknologi University of Texas yang pernah menjabat Wakil ketua NASA, menyatakan ada kemungkinan uang dan lokasi tujuan roket itu akan menjadi masalah yang lebih besar daripada masalah teknis. Mark Mengatakan NASA seolah melebur teknologi terbaik dari pesawat ulang-alik dan Apollo mejadi satu. Roket raksasa itu memang amat mirip dengan Saturn V, tak hanya ukuran dan bentuk, tapi juga “kesetiannya” pada bahan bakar cair. Armada pesawat ulang-alik yang baru saja dipensiunkan itu juga menempel pada tangki bahan bakar cair raksasa, walau tetap mengandalkan dua roket pendorong berbahan bakar padat untuk lepas landas.
Dalam perhitungan NASA, mereka akan membangun dan meluncurkan satu roket pertahun selama 15 tahun atau lebih pada 2020 hingga 2030. NASA berharap dapat meluncurkan pesawat tanpa awak pertamanya pada 2017 dan mengirim astronaut pada 2021, disusul misi ke asteroid dan Mars. Pada tahap awal, roket ini mampu membawa muatan 77-110 ton, termasuk kapsul Orion Multi-Purpose Crew Vehicle, yang dapat mengangkut enam orang. Kapsul awak yang saat ini tengah dirakit memiliki ruangan dua kali lebih luas daripada kapsul Apollo. “Kapsul lama ini hanya dapat diiisi tiga astronaut,” kata juru bicara NASA, Michael Braukus.
Untuk bahan bakar, roket raksasa ini tetap menggunakan gabungan hydrogen cair dan oksigen cair. Pada test terbang pendahuluan, SLS akan menggunakan roket pendorong berbakar bahan solid yang dirancang untuk pesawat ulang-alik dan mesin utama shuttle di dalamnya.Namun roket pendorong itu kelak akan diganti dengan booster baru yang berteknologi lebih canggih. NASA berharap dapat menekan pengeluaran sebesar mungkin. Mereka berhemat dengan menyerahkan transportasi para astronaut di Internasional Space Station (ISS) kepada perusahaan swasta, seperti menyewa jasa taksi.
Pekan lalu, rancangan roket baru NASA tersebut dipaparkan oleh Kepala NASA Charles Bolden. Roket penjelajah antariksa itu diberi nama Space Launch System (SLS). Program miliaran dolar itu akan membawa astronaut dalam sebuah kapsul yang berada di puncak roket. Misi pertama SLS ditargetkan dalam 10 tahun mendatan, dengan syarat, semuanya berjalan sesuai dengan rencana. Tes peluncuran pesawat tanpa awak ini diperkirakan akan dilakukan di Cape Canaveral, Florida, pada enam tahun ke depan.
Kepala Operasi dan Eksplorasi NASA William Gerstenmaier menyebut SLS sebagai roket terkuat dan terbesar yang pernah dibuat manusia. “pembuatan roket ini akan sangat menantang,’’ujarnya.”Kelak kami akan mampu terbang ke luar orbit rendah bumi ke tempat yang tak pernah dilakukan oleh negara manapun.”
Teknologi Lama
Meski baru, roket NASA ini sebenarnya masih mengandalkan teknologi lama yang dipakai NASA pada roket sebelum masa pesawat ulang-alik. Tapi jangan salah, roket prototype yang paling kecil sekalipun memiliki daya dorong 10 persen lebih besar ketimbang Saturn V, roket yang membawa astrounout Apollo ke bulan. Ketika roket baru ini, dibangun sesuai dengan ukuran aslinya, kekuatannya akan meningkat 20 persen. Menurut Gerstenmaier, versi yang lebih besar akan mempunyai mesin Corvette setara 208 ribu tenaga kuda. Dengan tenaga yang jauh lebih besar ketimbang Saturn V, NASA mencoba lebih fleksibel dalam menentukan lokasi tujuan dan waktu peluncuran roket. Badan Antariksa tersebut tengah mengincar asteroid sebagai lokasi tujuan roket itu pada 2025 dan Mars pada 2030-an. Meski roket itu dapat terbang ke bulan, satelit bumi itu bukanlah tujuan utama NASA.
Setelah pesawat ulang-alik, NASA berencana menjelajah tempat-tempat baru, yang membutuhkan “lompatan”besar untuk keluar dari orbit bumi, sesuatu yang tak pernah dilakukan sejak 1972. Satu hal yang masih mengganjal impian itu adalah diperlukan biaya yang luar biasa besar untuk mewujudkannya. Senator Bill Nelson dari Florida mengungkapkan kendala besar membayangi proyek miliaran dolar tersebut. “Tentu saja itu akan menghadapi masalah sulit,” ujarnya.”Kami berada dalam sebuah era ketika semuanya harus dihemat. Tapi biaya yang kami ajukan ini adalah adalah angka realistis yang telah diverifikasi oleh pakar independen.”
Hans Mark, dosen teknologi University of Texas yang pernah menjabat Wakil ketua NASA, menyatakan ada kemungkinan uang dan lokasi tujuan roket itu akan menjadi masalah yang lebih besar daripada masalah teknis. Mark Mengatakan NASA seolah melebur teknologi terbaik dari pesawat ulang-alik dan Apollo mejadi satu. Roket raksasa itu memang amat mirip dengan Saturn V, tak hanya ukuran dan bentuk, tapi juga “kesetiannya” pada bahan bakar cair. Armada pesawat ulang-alik yang baru saja dipensiunkan itu juga menempel pada tangki bahan bakar cair raksasa, walau tetap mengandalkan dua roket pendorong berbahan bakar padat untuk lepas landas.
Dalam perhitungan NASA, mereka akan membangun dan meluncurkan satu roket pertahun selama 15 tahun atau lebih pada 2020 hingga 2030. NASA berharap dapat meluncurkan pesawat tanpa awak pertamanya pada 2017 dan mengirim astronaut pada 2021, disusul misi ke asteroid dan Mars. Pada tahap awal, roket ini mampu membawa muatan 77-110 ton, termasuk kapsul Orion Multi-Purpose Crew Vehicle, yang dapat mengangkut enam orang. Kapsul awak yang saat ini tengah dirakit memiliki ruangan dua kali lebih luas daripada kapsul Apollo. “Kapsul lama ini hanya dapat diiisi tiga astronaut,” kata juru bicara NASA, Michael Braukus.
Untuk bahan bakar, roket raksasa ini tetap menggunakan gabungan hydrogen cair dan oksigen cair. Pada test terbang pendahuluan, SLS akan menggunakan roket pendorong berbakar bahan solid yang dirancang untuk pesawat ulang-alik dan mesin utama shuttle di dalamnya.Namun roket pendorong itu kelak akan diganti dengan booster baru yang berteknologi lebih canggih. NASA berharap dapat menekan pengeluaran sebesar mungkin. Mereka berhemat dengan menyerahkan transportasi para astronaut di Internasional Space Station (ISS) kepada perusahaan swasta, seperti menyewa jasa taksi.
Source