SiteMap : Home » Kesehatan » The Black Death(Sampar), Wabah Penyakit Terburuk Umat Manusia
Follow @CoAd_minSPB
Black Death mungkin bisa dikatakan sebagai wabah terburuk sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, wabah mematikan ini telah mengurangi populasi Eropa hingga 60 %. Bahkan dikatakan pada saat itu, jenazah - jenazah korban keganasan Black Death bergelimpangan dimana - mana di benua Eropa. Bagaimana wabah ini dapat membuat teror yang begitu mencekam bagi masyarakat di dunia?

Wabah penyakit yang menyebabkan teror itu adalah wabah pes dan radang paru yang disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis. Wabah ini diduga menyebar pertama kali di Asia, tepatnya di daerah China pada tahun 1346. Bakteri yang terdapat pada tikus ini kemudian dibawa oleh kutu tikus, dan sialnya kutu ini merupakan parasit yang bisa hidup di tubuh manusia, sehingga jika manusia terjangkit oleh kutu ini, maka ia akan mengalami radang paru. Orang - orang yang sakit ini merupakan pedagang - pedagang yang akan kembali ke Eropa, jadi wabah ini telah menyebar di kapal, dan penyakit ini ditularkan melalui udara.


Yersinia Pestis
Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, wabah ini disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis yang dibawwa oleh Tikus Hitam (Rattus rattus) dan menyebar oleh kutu yang hidup di tikus tersebut. Manusia yang telah terjangkit oleh Yersinia Pestis akan meninggal dalam waktu 3 sampai tujuh hari.Menurut sejarawan, black death mulai menyebar di daratan China pada tahun 1346, penyakit ini pertama kali dibawa oleh para pedagang yang melakukan perjalanan pada tahun 1320-1330 hingga sampai di Crimea, pusat perdagangan di China saat itu. Dari Crimea, penyakit ini terus menyebar ke Eropa Barat hingga ke Afrika. Penyakit ini telah membunuh setidaknya 75 juta jiwa, Eropa sendiri kehilangan 25 - 50 juta jiwa penduduknya saat itu, dan memicu terjadinya krisis ekonomi. Karena banyaknya penduduk Eropa yang tewas, kelangkaan tenaga kerja terjadi di seluruh penjuru benua Eropa.
Pada awal abad ke-19, wabah ini mulai reda, namun ternyata muncul penyakit baru yang juga berasal dari Asia. Wabah yang disebut dengan Kolera Asia ini juga menyebar dengan cepat di benua Eropa selama abad 19 sampai dengan abad ke-20, namun penyakit ini tidak separah seperti apa yang disebabkan oleh black death.
Oh ya, wabah ini disebut dengan black death karena penyakit ini pada umumnya membuat warna kulit penderitanya berubah menjadi agak gelap, namun ada juga yang mengatakan jika nama black death diberikan karena penyakit ini dibawa oleh tikus hitam.
Gejala Penyakit
Gejala black death dibagi menjadi tiga sesuai dengan wabah yang sudah saya sebutkan diatas tadi.
Wabah pes yang dikatakan merupakan biang keladi terjadinya wabah ini menyebabkan demam yang cukup tinggi, yaitu sekitar 38–41 °C, sakit kepala, sakit yang luar biasa disekujur tubuh, mual - mual, dan tidak enak badan. Persentase kematian jika terjangkit wabah ini adalah sekitar 30 - 75% dan Dalam delapan hari, 4 atau 5 orang meninggal karena wabah jenis ini.
Wabah jenis kedua, yaitu infeksi paru - paru yang sering ditemukan selama wabah Black Death. Gejala yang terjadi adalah demam, batuk dan dahak yang berwarna merah. Persentase kematian jika terjangkit wabah ini adalah 90 - 95%.

Banyak yang menduga bahwa tingginya tingkat kematian akibat wabah ini disebabkan karena pengetahuan medis yang minim. Satu - satunya cara untuk memusnahkan bakteri ini adalah dengan membakar jenazah yang terinfeksi. Dikisahkan bahwa mayat - mayat orang Yahudi yang meninggal akibat wabah ini dibakar untuk mencegah wabah semakin menyebar.
Salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran wabah ini adalah dengan membuat tempat untuk mengisolasi orang - orang yang terjangkit dengan orang - orang yang sehat. Ketika orang - orang yang sakit mulai meninggal satu persatu, jenazah mereka kemudian dibakar, dan begitu seterusnya hingga wabah semakin lama wabah semakin reda dan berkurang, meski butuh waktu yang cukup lama untuk melakukannya.
Krisis ekonomi yang melanda benua Eropa membuat banyak budak - budak yang mendapat kemerdekaannya untuk digunakan sebagai tenaga kerja. Beberapa negara Eropa juga mengalami perubahan di sektor religi, kebudayaan, dan aspek sosial lainnya yang merubah kehidupan masyarakat Eropa.
Oh ya, sampai saat ini penyakit ini masih tergolong penyakit yang berbahaya, meskipun medis modern telah mampu menanganinya, kita harus tetap waspada.
Source
